Sabtu, 05 Januari 2013

CERPEN :KADO TERINDAH UNTUK EVA


Jarum jam di tangan sheila telah menunjukkan angka panjang ke 11. Dita yang ditungguin pun belum kunjung datang. Setelah setengah jam berlalu, dita pun akhirnya datang. Dengan muka sheila yang cemberut pun dita minta maaf karena harus membantu ibunya berjualan di tokonya.
“ memang ga ada yang bantuin ibu mu dit selain kamu? biasanya eva yang bantuin ibu kamu dit?”,tanya sheila dengan raut wajah dengan sedikit cemberut.
“ ada shel,eva memang yang sering jagain toko tapi sekarang dia dirawat dirumah sakit”, ucap dita dengan sedih.
“ ya Allah,  eva sakit apa dit? Maaf yah dit aku jadi marah-marah gini sama kamu.” Ucapnya.
Tanpa disengaja air mata dita pun turun membasahi pipinya, ia pun menjawab dengan tersedu-sedu “ si..evaa.. mengi..dap..kanker darah stadium akhir sheil.” Sambil mengelap air matanya dengan tisu.
Sheila yang merasa bersalah tadi, langsung menunjukkan ekspresi sedihnya kepada dita. Sheila cukup lama mengenal sosok adiknya dita itu. Tanpa berlama-lama sheila pun ingin pergi menengok adikknya dita yang tengah sakit tersebut.
“sudah dit, aku yakin si eva bisa cepat sembuh, kamu jangan sedih begini aku juga ikut sedih dit, ayoo sebagai gantinya anterin aku ke rumah sakit, aku ingin tengokin si eva dit, ayoo’’, Ucapnya.
Sheila pun langsung menarik tangannya dita, dan bergegas untuk pergi ke rumah sakit tempat adiknya dita dirawat, sheila langsung menyetop taksi yang ingin ditumpanginya.
Sesampainya dirumah sakit, dita menunjukkan kamar eva dirawat, dengan raut muka yang sedih sheila tidak bisa menahan tangis, ia pun menangis saat melihat kondisi adiknya dita yang terbaring lemah dengan selang infus ditangannya dan tabung oksigen di sisi kirinya. Dita pun memanggil sheila untu keluar sebentar karena ada yang ingin dibicarakan ke sheila.
“ sheil, ada satu hal yang aku ingin bicarakan sama kamu ? ucapnya.
“ ada apa dit?, ngomong aja dit sama aku”, dengan raut muka yang penasaran.
“ gini shel,tiga hari lagi eva akan berulang tahun, dan eva meminta satu permintaan ke ibu aku, bahwa dia ingin sekali melihat matahari terbenam di pantai anyer untuk yang terakhir kalinya karena ia tidak tahu lagi kapan ia bisa pergi kesana. Ibuku  bingung karena eva tidak diizinkan oleh dokter untuk pergi jauh, jika dipaksakan akan berakibat fatal pada diri eva shel, sekarang aku benar-benar bingung harus berbuat apa untuk eva.”, ucapnya dengan sedih
“oke dit, kita dapat bicarakan kepada dokternya nanti untuk masalah tersebut, lebih baik kita lihat dulu perkembangan si eva, aku yakin kalo perkembangan dia baik dokter pun pasti mengizinkan untuk pergi kesana,  yang paling penting beri dia semangat untuk hidupnya demi kesembuhan dia dit!”,tangkas si shela.
Kemudian, dua hari setelah sheila menjenguk eva, sheila mendapat kabar dari dita bahwa kondisi eva sudah mendingan dan dita meminta sheila  untuk mengantarkan nya ke rumah sakit sekalian berbicara kepada dokter mengenai permintaan eva tersebut.
Sesampainya di rumah sakit, dita dan sheila pun langsung menghampiri dokter yang menangani penyakit eva. Dengan sigap mereka langsung berbicara kepada dokter berhubung kondisi eva sudah baikan dan berharap dokter akan mengizinkan eva untuk pergi ke pantai anyer. Setelah lama bercakap-cakap dokter pun dengan berat hati mengizinkan eva untuk pergi ke pantai anyer dengan syarat ia tidak boleh capek dan berlama-lama terkena angin dan eva pun harus memakai sweater.
Dengan gembira dita dan sheila langsung menuju kamar dimana eva dirawat. “eva, aku akan mengabulkan permintaan kamu di hari ulang tahun mu besok, kamu jangan khawatir besok kita akan bersenang-senang disana! Ucap dita dengan nada gembira” , eva pun tersenyum dan memeluk dita dengan erat tanpa mengucap satu kata pun.
Keesokan harinya, tepat dimana eva berulang tahun. “eva selamat ulang tahun ya, semoga perjalan kita hari ini menjadi perjalanan yang paling berkesan buat kamu. Ucap dita” , “iya terimakasih ya kak, tenang saja aku tidak akan menyia-nyiakan perjalanan terakhir ku bersama kalian, ucap eva dengan nada bergetar”. Mereka pun saling berpelukan.
Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi mereka pun sudah bersiap-siap untuk pergi ke pantai anyer tak lupa dita pun juga mengajak sahabatnya sheila untuk merasakan indahnya pantai anyer bersama-sama. Dengan jarak yang lumayan jauh dari rumahnya mereka pun segera berangkat. Selama perjalanan eva  pun bercanda tawa dengan gembira bersama dita dan sheila, hal yang sudah lama sekali dita dan sheila tak pernah melihat eva bisa tertawa lepas seperti itu.
Sesampainya disana, dita dan sheila pun langsung bermain air di pantai sedangkan eva hanya duduk saja di bawah pasir bersama ibunya karena eva tidak boleh terlalu capek dan terkena angin pantai. Tapi, hal itu tidak menjadi masalah buat eva. Dengan ia bisa melihat ombak dan matahari terbenam di pantai anyer bersama mereka itu sudah lebih dari cukup untuknya.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore, dimana sebentar lagi matahari akan terbenam. “eva ayo kesini, kita lihat matahari terbenam lebih dekat!” ucap dita dengan senang. eva pun langsung menghampiri kakak nya yang sudah berdiri di pinggir pesisir pantai sambil menunggu matahari terbenam dari ufuk barat.
Wajah eva saat itu sangat lah bahagia, dita pun bisa merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh eva. Mereka saling berpegangan tangan sambil melihat matahari yang sudah setengah terbenam. “kak, terimakasih ya aku senang sudah diajak kesini sampai aku bisa melihat matahari terbenam bersama kakak.” Ucap eva , dengan mata bergenang dita pun langsung berkata “iya, sama-sama ya adikku sayang, aku juga senang bisa melihat matahari terbenam bersama kamu. Kamu harus sembuh va, kamu nggak boleh nyerah biar kita bisa melihat matahari terbenam bersama lagi”. Mereka pun menangis sambil berpelukan karena mereka tidak tahu apakah bisa merasakan moment bersama seperti ini lagi atau tidak.
Keesokan harinya, eva pun harus kembali ke rumah sakit karena ibu nya tidak mau penyakit eva kembali parah. Eva pun sekarang sudah tidak pernah mengeluh lagi untuk dirawat, menjalan kemotrapi, sampai harus mengganti infusan berkali-kali. Entah apa yang dirasakan oleh eva, seperti nya ia sudah siap untuk semua yang akan dihadapi nya. Dita sheila serta ibunda nya pun sangat merasa sedih.
Ketika jam menunjukkan pukul 8 malam, eva merasakan panas yang sangat tinggi sehingga dokter harus memeriksa keadaan eva. Dengan khawatir ibunya, dita serta sheila harus keluar dan menunggu kabar dari dokter. Setelah beberapa menit dokter memeriksa keadaan eva, dokterpun keluar dari ruangan dengan wajah cemas. Dengan sigap dita langsung berkata “dok, apa yang terjadi dengan adik saya?!” Sambil meneteskan air mata ,  “kondisi adikmu semakin parah, badannya semakin lemah, kerja jantung nya pun juga sudah sangat lemah. Sepertinya kalian harus sudah bisa mengikhlaskan eva. Ucap dokter dengan wajah sedih”. dita pun menangis dengan terisak.
Ibunya yang sudah tidak tahan lagi ia pun menghampiri eva seorang diri, sambil memegang erat tangan eva dan tak berhenti meneteskan air mata. Mata eva pun terbuka dan berkata dengan suara lirih “bu, maafin semua kesalahan eva selama ini, ibu harus ikhlas kalau eva harus pergi ninggalin ibu, ibu nggak boleh sedih, ibu harus jagain kak dita. eva bahagia sama keadaan eva yang sekarang, eva sudah nggak sabar pingin bertemu sama Allah bu.” Ibunya hanya bisa menangis terisak mendengar ucapan eva tadi.
Akhirnya, mereka pun sudah siap dan ikhlas jika eva harus meninggalkan mereka semua. Tepat pukul 9 malam mereka berdiri disamping kasur eva dan disaat itu juga eva mengehembuskan nafas panjang untuk yang terakhir kalinya dengan wajah tersenyum. mereka semua pun tabah dan ikhlas melihat eva yang sekarang sudah menghadap ke yang Maha Kuasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar